Jakarta, Kemendikbud --- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Pusat Penelitian Kebijakan (Puslitjak), Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan, menyelenggarakan Seminar Hasil Penelitian Tahun 2020. Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dan peningkatan kompetensi guru menjadi dua hal yang dibahas dalam penelitian para peneliti di Kemendikbud di tahun 2020.
Peneliti dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Nadiroh, menjelaskan mengenai penelitian yang berjudul “Evaluasi Pembelajaran Jarak Jauh di Masa Pandemi Covid-19”. Nadiroh menjabarkan bahwa pembelajaran jarak jauh merupakan solusi di masa pandemi Covid-19. Namun ia mengingatkan hal ini tidak boleh dipermanenkan bagi pendidikan dasar, karena pendidikan dasar membutuhkan internalisasi literasi karakter yang membentuk akhlak mulia sejak dini.
“Pemerintah telah memberikan jaminan kepastian pelaksanaan pembelajaran di sekolah bisa teratasi, meskipun butuh adaptasi dan transformasi dengan model (blended atau hybrid learning) secara sistematik,” ujar Nadiroh pada Seminar Hasil Penelitian Tahun 2020, pekan lalu di Jakarta.
Dalam mengatasi permasalahan PJJ pada siswa Sekolah Dasar (SD), peneliti lain dari UNJ, Ilza Mayuni memberikan beberapa rekomendasi yang dapat dilakukan. Pertama, penerapan kebijakan dalam PJJ dilakukan untuk meningkatkan efektivitas Pembelajaran Jarak Jauh berbasis Smart Education. Kedua, pengembangan skills atau kompetensi berbasis TIK yang inovatif dan kreatif bagi penggunanya, yang disesuaikan dengan karakteristik dan gaya belajar dari peserta didik. Ketiga, pengembangan kerangka kerja Smart Education yang akan membantu di masa depan dalam membuat pendidikan adaptif dan transformatif.
Ilza Mayuni juga memberikan paparan mengenai penelitiannya yang berjudul “Program Pendampingan Literasi Berbasis Daring pada Masa Tantanan Baru bagi Guru SMPN”. Ilza menjelaskan bahwa pengenalan Model Sheltered Instruction Observation Protocol (SIOP) pada program ini berhasil membantu guru dalam merancang dan mempraktikkan strategi pengajaran literasi yang lebih efektif, kreatif, dan berbasis kebutuhan siswa.
“Materi (modul) pendampingan pembelajaran dan pengayaan literasi berbasis genre atau sesuai dengan kurikulum bahasa Inggris 2013 dapat mendorong peningkatan kompetensi dan pedagogik guru,” ujar Ilza.
Ia juga menjabarkan mengenai saran dan rekomendasi lain dari hasil temuan penelitiannya. “Perlu adanya keberlanjutan program yang melibatkan lebih banyak guru dari provinsi lain di seluruh Indonesia,” katanya.
Sementara peneliti dari Universitas Negeri Yogyakarta, Suyatna, menjabarkan hasil penelitiannya yang berjudul “Pengembangan Sistem Penilaian Kinerja Guru untuk menunjang Profesionalisme Guru Berbasis Teknologi AI (Artificial Intelligence) dalam Platform Android”. Suyatna menjelaskan bahwa aplikasi berbasis teknologi artificial intelligence dalam platform Android yang telah dikembangkan, dinilai efektif untuk menilai kinerja guru dalam mengembangkan inovasi pembelajaran.
“Aplikasi berbasis teknologi artificial intelligence dalam platform Android yang telah dikembangkan juga efektif menilai kinerja guru dalam melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK),” ujar Suyatna.
Bertindak sebagai pembahas penelitian yaitu Nunuk Suryani dan Syaikhu Usman. Keduanya memberikan apresiasi kepada para peneliti yang telah membuat penilitian dengan baik dan berharap hasil penelitian dapat berguna bagi pembuatan kebijakan nantinya.
“Saya mengucapkan terima kasih dan selamat kepada seluruh peneliti yang sudah melakukan penelitian ini dengan sangat baik. Tentu harapannya ketiga penelitian ini berguna bagi kemajuan Kemendikbud ke depannya,” ungkap Nunuk.
Sementara itu yaikhu Usman berpendapat, masih ada hal yang kontradiktif dari beberapa pemaparan para peneliti, sehingga masih diperlukan adanya pengembangan lebih lanjut. “Kesimpulannya adalah perlu adanya lagi langkah-langkah operasionalnya dari ketiga penelitiannya ini agar dapat menjadi dasar kebijakan yang akan diambil,” katanya. (Denty Anugrahmawaty/Desliana Maulipaksi)