Jakarta - Kampus yang aman, nyaman, dan sehat dapat mendorong kampus menjadi tempat lahirnya pemimpin bangsa yang penuh semangat untuk membangun negeri. Maka dari itu kampus harus menumbuhkan intelektualitas muda yang kritis dan santun, membangun komunikasi yang sehat diantara masyarakat kampus, menerapkan asah-asih-asuh, serta menghidupkan diskursus akademik dan juga pengembangan diri mahasiswa yang holistik. Demikian disampaikan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Nizam, pada pembukaan acara Kewirausahaan Mahasiswa Indonesia (KMI) Expo XI 2020, Jumat (4/12), yang dilakukan secara virtual dimana pada tahun ini Podomoro University sebagai penyelenggara.
“Pengembangan diri mahasiswa yang holistik perlu dikembangkan, karena setiap mahasiswa memiliki passion yang berbeda antara satu dengan yang lain. Maka dari itu, potensi tersebut harus didorong agar mahasiswa dapat mengembangkannya,” ujar Nizam.
Selain itu, menciptakan health promoting campus dengan cara mengembangkan kematangan emosional pada lingkungan kampus, seluruh warga kampus sehat secara jasmani, seluruh warga kampus sehat secara rohani, lingkungan kerja yang sehat, lingkungan sosial yang sehat, serta kesehatan intelektual.
“Kampus juga harus bebas dari kekerasan seksual dan perundungan dengan menerapkan empat langkah, yaitu cegah, lapor, lindungi, dan tindak lanjuti. Keempat hal tersebut harus diterapkan oleh setiap kampus demi menciptakan kampus yang aman,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Nizam menjelaskan bahwa kampus sebagai simpul pengembangan diri mahasiswa yang bertujuan untuk membangun semangat juang dan spirit mahasiswa agar menjadi mahasiswa berprestasi. Selain itu, mahasiswa juga harus memahami masalah yang dihadapi oleh bangsanya dan memiliki wawasan global yang luas agar dapat menjadi pemimpin yang solutif dan siap berbakti di seluruh pelosok negeri.
“Kampus harus mendorong mahasiswanya untuk mengembangkan olah pikir, olah keterampilan, olah raga, olah rasa, dan olah hati. Dengan begitu maka kita dapat melahirkan kampus-kampus yang berprestasi dan penuh dengan semangat untuk maju,” pungkasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Professor of Entrepreneurship Babson College, Kelley menjelaskan bahwa pada tahun 2018, Indonesia memiliki tingkat kewirausahaan yang cukup tinggi dibandingkan 48 negara di asia lainnya. Selain itu, dunia kewirausahaan di Indonesia telah bersifat inklusif, sebab baik pria maupun wanita memiliki kesempatan yang sama untuk berwirausaha, tak seperti di beberapa negara lain dimana wanita memiliki kesempatan rendah untuk berwirausaha.
Selain itu, Kelley memandang Indonesia telah melakukan upaya yang cukup baik dalam mengembangkan kewirausahaan nasional melalui inovasi dan teknologi. Hal tersebut dapat dilihat melalui pendirian Bandung Techno Park yang ia nilai sebagai inovasi besar serta dapat dimanfaatkan pula untuk memajukan inovasi dan teknologi di Indonesia juga dapat membangun ekonomi bangsa.
“Kewirausahaan tidak hanya tentang startup, tetapi juga bisnis besar dalam bidang teknologi dan bisnis keluarga yang telah dilakukan oleh 75% entrepreneur dari 48 negara di Asia dimana 81% dari usaha tersebut berhasil berjalan dengan stabil,” tambah Kelley.
Kelley juga menyampaikan bahwa stabilitas suatu usaha kerap didukung oleh budaya, kemampuan keuangan, dukungan pemerintah, pendidikan, dan infrastruktur yang ada dimana Indonesia telah memiliki hal tersebut dalam konteks kewirausahaan nasional. Namun, hal yang perlu difokuskan dalam kewirausahawan di Indonesia ialah menumbuhkan kepercayaan diri pada masyarakat untuk membangun usaha yang besar, bukan hanya tentang memulai usaha rintisan saja.
“Hal ini dapat dibangun melalui edukasi kewirausahaan di pendidikan tinggi dimana para mahasiswa dilatih untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, membuat, serta menggunakan kesempatan untuk membangun usaha yang besar dengan kepercayaan diri yang penuh melalui pengalaman yang didapatkannya di kelas tersebut,” ungkapnya.
Lebih jauh ia menambahkan, seorang entrepreneur harus memiliki dan menggunakan logika prediktif dan kreatif dalam menjalankan usaha serta memecahkan masalah sebab tidak semua usaha berjalan sesuai rencana (business plan). Menurutnya, kemampuan tersebut dapat mulai dibangun dalam setiap diri individu dengan mengimplementasikannya pada berbagai permasalahan kecil yang terjadi di kehidupan sehari-hari.
(YH/DZI/FH/DH/NH/MFS/VAL/YJ/ITR)